KEPEDULIAN SOSIAL
PENGERTIAN
Kepedulian sosial adalah perasaan
bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain di mana
seseorang terdorong untuk melakukan sesuatu untuk mengatasinya.
“Kepedulian Sosial” dalam kehidupan
bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang
terhadap orang lain di sekitarnya.
Kepedulian sosial dimulai dari kemauan “MEMBERI” bukan “MENERIMA”
Bagaimana ajaran Nabi Muhammad untuk
mengasihi yang KECIL dan Menghormati yang BESAR; orang-orang kelompok
‘besar’ hendaknya mengasihi dan menyayangi orang-orang kelompok ‘kecil’,
sebaliknya orang ‘kecil’ agar mampu memposisikan diri, menghormati, dan
memberikan hak kelompok ‘besar’.
•Rasul bersabda:
• لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ شَرَفَ كَبِيرِنَا
•”Bukanlah termasuk golongan kami orang
yang tidak menyayangi orang muda di antara kami, dan tidak mengetahui
kemuliaan orang-orang yang tua di antara kami” (HR. At-Tirmidzy dari
Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan Syeikh Al-Albany )
•لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَناَ
•”Bukan termasuk golonganku orang yang
tidak menyayangi orang muda di antara kami dan tidak menghormati orang
yang tua” (HR. At-Tirmidzy, dishahihkan Syeikh Al-Albany).
Bagaimana Cara Pembentukan Sikap dan Prilaku Kepedulian Sosial?
Sikap dan perilaku kepedulian sosial
bukan pembawaan, tetapi dapat dibentuk melalui pengalaman dan proses
belajar; dapat dilakukan melalui 3 model:
1.Mengamati dan Meniru perilaku peduli sosial orang-orang yang diidolakan (mengacu pada teori social learningnya Bandura)
2. Melalui proses pemerolehan Informasi
Verbal tentang kondisi dan keadaan sosial orang yang lemah sehingga
dapat diperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan
dirasakan oleh mereka dan bagaimana ia harus bersikap dan berperilaku
peduli kepada orang lemah (mengacu pada teori kognitif Bruner)
3. Melalui penerimaan
Penguat/Reinforcement berupa konsekuensi logis yang akan diterima
seseorang setelah melakukan kepedulian sosial (mengacu pada teori
operant conditioning nya Skinner (konsekuensi mempengaruhi perilaku)
Model I
•Imitating dan modeling.
•Peran penting tokoh idola (model)
•Adanya pertimbangan konsekuensi yang diterima (teori reinforcement)
•Ayat-ayat al-Qur’an tentang sejarah para tokoh besar
•Metode cerita, sosiodrama, bermain peran, teladan guru, dkk
Model II
•Teori kognitif: seseorang akan memberikan respons kepada
lingkungan eksternalnya berdasarkan atas pemahaman kognisi seseorang
terhadap lingkungan atau obyek tersebut.
•Pentingnya peran pemahaman dalam mempengaruhi prilaku
• Melalui tahap informasi, transformasi
(mengubah informasi), dan evaluasi (penilaian untuk digunakan) dengan
indra sam’a, abshar, dan af’idah
•Ilmu dan Amal
•Metode analisis nilai, dan pembelajaran kognitif –afektif.
Model III (menerima penguatan/reinforcement)
•Konsekuensi mempengaruhi perilaku berarti seseorang melakukan
sesuatu karena mereka mengetahui ada hal lain yang akan mengikutinya
sebagai konsekuensi dari perilaku mereka.
•Konsep tsawab, ujrah.
•Konsep reward dan punishment
•Pemberian punishment dapat cepat
diketahui hasilnya, namun dalam jangka panjang akan mengakibatkan
beberapa masalah pada seseorang yang terkena perlakuan ini, seperti
sikap apatis, takut pada pengawas, sikap mutar-mutar, melakukan sesuatu
hanya untuk memenuhi aturan, belajar agar terhindar dari hukuman,
agresif dan emosional. Sebaliknya reinforcement positif (diberikannya
sesuatu yang menyenangkan) berfungsi lebih efektif dalam membentuk
perilaku seseorang dibandingkan punishment, meskipun hasilnya tidak bisa
dilihat dengan cepat.
•Teori reinforcement merupakan teori
fungsi (semua komponennya ditentukan oleh fungsinya—bagaimana hal tsb
bekerja—bukan ditentukan oleh strukturnya—bagaimana bentuknya), sebagai
teori fungsi, reinforcement akan bekerja dengan baik jika sesuai dan
memenuhi kebutuhan dan karakter seseorang yang diberi reinforcement.
Suatu reinforcement yang sama bentuknya akan berbeda fungsi dan
keefektifannya jika diberikan kepada individu yang berbeda.
Rambu-Rambu Reinforcement (konsekuensi) dalam Pembentukan Perilaku
Efektifitas reinforcement ditentukan oleh faktor:
1.Kesesuaian dengan kebutuhan.
2.Kesegeraan pemberian dan dirasakan.
3.Keastian atau keajegan.
4.Ukuran (kuantitas dan kualitas).
•
Pranata dan Proses Pembentukan Kepedulian Sosial dalam Islam
•Tebar Salam (afsussalam); membuka pintu informasi dan substansinya menciptakan kedamaian dan kesejahteraan sosial.
•Silaturrahmi; memungkinkan
tersambungnya keberlanjutan interaksi yang terputus, lebih mampu
memaafkan dan memahami orang lain, verifikasi dan update informasi
sehingga semakin peduli.
•Shalat berjamaah; mengkondisikan terjadinya interaksi sosial secara rutin.
•Merawat jenazah; interaksi langsung kepada si ‘kecil’ (mayat yang sudah tidak punya daya apapun)
•Puasa
•Zakat dan Shadaqah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar